Beberapa Episode dalam Setengah Hari


#Prolog
Saya menyadari bahwa saya tak pandai menulis. Tapi hati ini begitu ingin menyampaikan semuanya kepadamu. Semoga engkau mendapatkan manfaat, seperti apa yang saya rasakan.
Suatu hari ditanggal 20 Februari 2016, tepat satu hari setelah saya lengser secara resmi sebagai Wakil Kepala Bidang Administrasi dan Rumah Tangga HMTL ITB 2015-2016 (Alhamdulillah). Betapa bersyukurnya saya bisa diberi kesempatan merasakan berada dalam organigram dan bisa belajar banyak hal.


Badan Kelengkapan Menyanyikan Hymne HMTL ITB



#Episode 1: Day of Totally Being A Woman
Hari ini adalah pelaksanaan rencana “Day of Totally Being A Woman”. Rencana yang sudah disiapkan dari seminggu yang lalu hanya untuk sekedar membeli lipstick, eyeliner dan cat kuku. Konyol memang, salah satu resolusi usia 20 tahun (sebetulnya masih 5 bulan lagi) hanya sekedar ingin punya beberapa alat kosmetik. Setelah berabad – abad lamanya,  saya mengunjungi kembali  Pasar Baru Trade Center dengan teman saya beserta ibunya (atas dasar alasan dari teman saya bahwa di Pasar Baru harganya lebih murah). Ternyata mereka sampai lebih dulu dibanding saya, dan saya disuruh menunggu dilantai dasar. Tempat itu begitu ramai dengan orang-orang, baik pedagang, pembeli, pengangkut barang, atau pun orang-orang yang hanya sekedar melihat-lihat. Saya termasuk orang yang tidak terlalu suka shopping apalagi dengan kondisi yang sangat ramai (tapi demi target memiliki alat kosmetik, saya rela haha). Saya pun mencari spot yang enak untuk menunggu teman saya yang sedang berbelanja dilantai 4. Terlihat banyak orang yang duduk ditangga. Saya pikir, mungkin tangga itu memang diperuntukkan orang-orang duduk. Akhirnya saya pun duduk disebuah anak tangga. Secara tidak sengaja, saya melihat suatu papan peringatan yang menempel dibagian bawah pembatas tangga.



Mungkin Squidward memang benar bahwa hari kebalikan itu memang ada................... di Indonesia. Hahaha
“Alya!”
Baru saja saya duduk, teman saya memanggil dari bawah tangga. Pencarian toko kosmetik pun dimulai. “Saya harus pilih warna apa? Merk apa?” Kebingungan pun melanda ketika begitu banyak merk dan jenis warna yang terletak dietalase. Benar –benar newbie...
Singkat cerita, saya menghabiskan uang sekitar 120K untuk membeli lipstick, eyeliner dan 2 jenis cat kuku. Sangat aneh rasanya, menghabiskan uang sebanyak itu hanya untuk beberapa item (pertama kali beli alat kosmetik). Padahal dengan jumlah uang yang sama saya bisa pesan menu sushi “All You Can Eat” di Fukusuzhi,hahaha.

Lunch time, setelah lelah berdesakkan kami pun makan disebuah restoran cepat saji (you know what I mean). “Masalah yang sering ditemui kalau memilih pasangan adalah orangnya baik, pintar, kaya, sudah oke, tapi kamu gak terlalu srek sama dia. Tapi ada orang yang gak terlalu baik, cenderung nakal, bahkan biasa- biasa aja tapi kamu srek sama dia”. Kata-kata dari ibu teman saya , memulai perbincangan menarik setelah makan. “Kamu kalau pilih pasangan jangan sampai hanya karena perbedaan prinsip terus kamu saklek menentukan bahwa dia bukan jodoh yang tepat buat kamu. Misalnya, kamu orang yang hobi ngobrol, tapi dia orangnya pendiam. Suami saya tipe orangnya gak mau minta maaf dikarenakan latar belakang keluarganya yang selalu memarahi dia. Suami saya 3 bersaudara, dan dia anak kedua. Karena ketika dulu suami saya tipe orang yang selalu bikin masalah,jadi kadang walau pun masalah itu disebabkan oleh saudaranya  yang lain tetapi selalu saja dia yang dimarahi. Dan akhirnya sifat itu terbawa sampai berumah tangga. Jadi akibatnya, dia selalu memikirkan hal-hal yang membuat dia senang ketika ia sedang dimarahi, sehingga dia tidak fokus pada amarah orang yang sedang memarahi dia. Sedangkan saya, dididik oleh orang tua saya seperti militer. Jika kamu membuat masalah, segera minta maaf, bertanggung jawab dan pikirkan solusinya. Bahkan kalau saya jajan ke warung dan uang kembaliannya salah, saya harus kembali lagi ke warung untuk menyelesaikan masalahnya.”

Mereka begitu berantonim pikir saya, dan ternyata cerita beliau belum selesai...
“Tapi dibalik itu suami saya juga sangat pemaaf dan sifatnya “let it go”. Jadi, kalau ada masalah,prinsip dia ya sudahlah itu kan sudah kejadian, udah maafkan saja dan lupakan. Dan suami saya benar-benar melupakan itu dan tidak pernah membahasnya lagi. Akhirnya saya pun memaafkan dan melupakan masalah itu, tapi asalkan saya tau apa penyebabnya dan jangan sampai mengulanginya lagi. Kaya gitulah kalau kehidupan berumah tangga, tapi anggaplah itu sebagai bumbu-bumbunya. Berbeda prinsip tak apa-apa, asalkan agama dan ibadahnya bener karena itulah yang jadi benteng. Oh iya, asal jangan pilih pasangan yang pemalas. Karena pemalas itu sangat susah untuk dihilangkan.”
Pelajaran berharga yang saya dapatkan setelah beli kosmetik dan tidak akan pernah ada dibangku kuliah. Terima kasih banyak, hari ini benar-benar “Day of Totally Being A Woman” hahaha.
Makan pun selesai, dan kami berpamitan. Saya pamit untuk pulang sedangkan teman saya dan ibunya pergi menuju tempat lain.



#Episode 2: Still About South Of Bandung Regency
Angkot yang saya tumpangi mulai melewati jalan Moch. Toha. Uh, saya bisa tahu kalau itu daerah Moch Toha bahkan walau pun saya menutup mata. Kenapa? Karena , daerah tersebut beraroma. Aroma apa?

LIMBAH TEKSTIL. YUP, AROMA LIMBAH TEKSTIL.

Jika kamu mengunjungi daerah Bandung Selatan, kamu akan melewati jalan dimana sebelah kiri dan kanan kamu adalah bangunan-bangunan industri besar. Bisa kamu perhatikan, air pada saluran drainase dipinggir jalan warnanya hitam pekat (kadang merah) dan permukaan airnya tepat pada ketinggian maksimum saluran walaupun itu belum musim penghujan (sepertinya efek tugas mata kuliah SDB pada diri saya sangat kuat). Kamu bisa merasakan bahwa udara yang kamu hirup aromanya sudah tidak sama, begitu khas dan sangat menyengat. Dan yang pasti aroma itu tidak enak, karena sudah jelas itu aroma zat kimia. Pada hari ini, mungkin sense of my enviromentalist is on (sepertinya efek perkataan Ibu Ogi “kamu itu harus sensitif”  di matakuliah Produksi Bersih, menempel erat pada jiwa saya). Sedih rasanya setiap melewati daerah ini karena saya termasuk orang yang berasal dari Bandung Selatan. Kamu bisa bayangkan tingginya tingkat pencemaran didaerah tersebut. Jika kamu melewati jalan itu dengan mobil pribadi, ya pasti tidak akan merasakan perbedaaannya karena pemakaian AC menyebabkan bagian dalam mobil kamu terisolasi dari udara luar.  Tapi, cobalah naik angkot. Hanya dengan melewati jalannya saja, kamu sudah dapat merasakan terpapar oleh pencemar zat kimia di udara (sepertinya efek mata kuliah Pencemaran Udara juga kuat). Apalagi dengan orang-orang yang tinggal didaerah tersebut dimana mereka setiap saat menghirup udara dengan kualitas seperti itu.  Ditambah lagi zat kimia yang dibuang ke badan air yang kemungkinan bisa mencemari sumber air masyarakat. Begitu pula dengan pekerja di industri tersebut,  setiap hari harus merasakan kebisingan mesin dan bahkan menghirup udara yang lebih tercemar karena lebih dekat dengan sumber pencemarnya. Mungkin sekarang tidak akan terasa efeknya, tapi untuk beberapa puluh tahun kedepan? Bagaimana nasib kesehatan mereka? Keturunan mereka? Bukankah kasus Minamata di Jepang efeknya juga terasa beberapa tahun kemudian?

*note : Kasus Minamata adalah kasus yang terjadi di Jepang dimana masyarakat didaerah tersebut melahirkan anak cacat down syndrome. Kasus ini mulai terdeteksi ketika ditemukan kucing menari didaerah tersebut. Setelah diteliti, penyebab kasus ini adalah kucing tersebut dan pula masyarakat keracunan mercuri (Hg) yang terkandung dalam ikan yang mereka konsumsi. Ikan tersebut diperoleh dari sungai yang tercemar oleh industri yang membuang limbahnya dibagian hulu sungai.

Setelah kamu menghirup aroma tekstil, secara perlahan udara yang kamu hirup berubah menjadi aroma khas coklat. Terdapat industri coklat besar didaerah Palasari dimana bila sedang produksi, kamu bisa mencium aroma coklatnya ketika melewati jalan didepan industri tersebut. Kalau tidak salah, industri ini adalah industri terakhir disepanjang jalan Moch. Toha (dari arah kota Bandung). Sepanjang jalan Moch Toha ini akan macet parah ketika jadwal pulang para pekerja pabrik. Tingkat kemacetannya kurang lebih setara dengan kemacetan didepan Pasar Baru Trade Center namun jauh lebih panjang. Berdasarkan seminar M-Fest kemarin, masalah transportasi memang sangat complicated alias tidak mudah. Tidak hanya masalah transportasi, masalah banjir pun tidak kalah complicated nya. Ketika intensitas hujan tinggi, maka sungai citarum meluap (karena sampahnya BUANYAK BANGET), dan daerah sekitar Moch Toha serta Dayeuhkolot biasanya akan banjir (alhamdulillah sampai detik saya post ini, belum ada berita mengenai banjir hebat di Bandung Selatan). Bandung Selatan akan terisolasi dari Kota Bandung dan kamu harus memakai perahu (baik perahu karet atau perahu nampan) untuk bisa mencapai kota. Solusi lain, kamu harus memilih jalan alternatif lain yang jaraknya bisa 2x lipat dari jalur normal.

Luar Biasa bukan?

Menurut saya, tugas Bupati Kabupaten Bandung itu sangat sulit jika dilihat dari uraian diatas. Jika kelak, ada calon Bupati yang memang concern membuat program kerja untuk menyelesaikan masalah ini, saya angkat jempol! Dan insya Allah saya dukung dia hehehe. Bahkan saya ingin bantu, semaksimal yang saya bisa. FYI salah satu alasan saya memilih jurusan Teknik Lingkungan adalah suatu saat jika saya memiliki kesempatan saya ingin berkontribusi untuk Kabupaten Bandung. Jujur saya sedih dengan kondisi Kabupaten Bandung yang selalu seperti ini, apalagi ketika melewati sungai Citarum. Kadang saya suka mengkhayal walaupun agak sedikit gila, kapan saya bisa lewatin Citarum dengan kondisi jernih dan bersih tanpa sampah?Bisakah ?



#Episode 3: I Heard Their Conversation, Unintentionally.
Angkot sudah mencapai jalan Perempatan Bojongsoang dan berhenti beberapa saat untuk menunggu penumpang. Terdapat beberapa pengamen berkumpul dilingkaran pusat perempatan, kebanyakan mereka masih berusia anak-anak dan remaja. Lalu satu orang pengamen mendekati angkot, lalu menyapa supirnya dengan begitu akrab dan mereka bersalaman dengan cara yang unik. Dari cara mereka bersalaman, terlihat bahwa mereka sudah kenal lama.
Tampang wajah pengamen itu biasa saja (tidak menyeramkan seperti preman), namun tangannya penuh dengan tattoo. Mungkin itu adalah alasan mengapa dia memakai jaket disiang hari yang begitu terik ini (untuk menutupi tattoo tersebut). Kita sebut saja pengamen ini Udin. Didalam angkot, terjadi percakapan yang begitu menarik antara supir, Udin, dan seorang pria (kita sebut saja Cecep) sepertinya mereka bertiga sudah saling kenal. Percakapan ini sebetulnya dilakukan dengan bahasa Sunda , namun saya translate kedalam bahasa Indonesia agar semua mengerti , hehe.

Sang supir menanyakan kabar dan dimana tempat tinggal Udin, sampai akhirnya percakapan ini membahas mengenai pekerjaan mereka. Udin bercerita bahwa dia kemarin baru 3 minggu kerja di Karawang sebagai supir truk. Truk tersebut membawa material-material untuk bangunan seperti pasir, tanah, batu bata, dll. Ketika dia sedang beroperasi, tiba-tiba dia diapit oleh 2 mobil kijang dari sisi kiri dan kanan. Dia diinterogasi oleh pengemudi mobil kijang tersebut dan akhirnya mobil truk tersebut harus diambil oleh mereka karena telah digadaikan oleh pemiliknya. Memang sekarang harga pasir katanya lagi murah. Akhirnya Udin harus pulang ke Bandung dan menjadi pengangguran. Mungkin inilah alasan mengapa Udin menjadi pengamen seperti sekarang ini, karena sekarang dia sudah tidak memiliki pekerjaan lagi. Lalu, obrolan tersebut merembet ke pembangunan kereta cepat. Cecep berkata “Lumayan tuh proyek kereta api cepat. Jalurnya kan panjang banget, pasti bakal butuh banyak orang.” Udin menanggapi perkataan Cecep “Iya katanya upah pokoknya 750, uang makan 25 dan kalau lembur 10ribu/jam. Itu, proyeknya dimenangkan oleh PT. Yoga Tama”
entah dari mana si Udin ini tahu bahwa tender yang memenangkan proyek adalah PT. Yoga Tama.

 Obrolan berlanjut membahas mengenai masalah ekonomi.
Udin:” ah sekarang usaha makin susah. Ketika saya masih jadi supir truk, sebetulnya saya kan harus nunggu panggilan. Kalau dihitung-hitung saya Cuma bisa dapat 60 ribu untuk 3 hari. Ya mau ga mau harus dicukup-cukupin."
Semenjak pemerintahan Jokowi, usaha ekonomi malah jadi penyebab rusaknya rumah tangga. Semuanya jadi ribut akibat masalah tekanan ekonomi dan akhirnya cerai. Banyak banget rumah tangga yang rusak gara-gara usaha ekonomi. Saya kalau bukan karena inget sama anak, gak akan ngamen begini. (bukan maksud untuk menjelekkan pemerintahan Jokowi).
Obrolan ini berakhir ketika Udin turun di pertigaan Munjul..

Benang merah pertama yang saya ambil dari obrolan mereka adalah BERSYUKUR. So many people that struggle in live even harder than us. Terbesit jadi terpikir apakah ini salah satu efek MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)? Sekarang kompetitor kita semakin banyak kawan-kawan, bukan hanya orang Indonesia tetapi ASEAN (Singapur, Malaysia, Brunei, Thailand, Kamboja, Vietnam, Myanmar, Timor Leste, Filipina , dll). Sebegitu sulitkah hidup?
Benang merang kedua adalah don’t waste your money for something useless ever. Waste your parent’s money only for temporary happiness is such a sin (tergantung sih, kalau orangtua nya tajir banget dan mengizinkan borjuis ya rapopo). But, if you know that your parents did a lot of sacrifice for you and you only spent their money for the absurd party without thinking about them, it is wrong. Save money,manage money, (if you can) collect money!

Habis dengar cerita mereka, saya langsung lihat kantong plastik berisi kosmetik yang baru saya beli. Mereka harus mengumpulkan 60 ribu untuk bertahan hidup 3 hari, sedangkan saya menghabiskan 2x lipat dari jumlah itu untuk membeli kosmetik, hiks hiks. Tapi bukan berarti membeli kosmetik ini adalah sebuah kesalahan, setiap orang punya hak masing-masing dan saya yakin kosmetik ini tidak akan sia-sia, hehe.

#Episode 4: Macam- Macam Penumpang Angkot
a.      Pemuda yang naik angkot lalu meminta seorang wanita yang sudah cukup tua untuk bergeser, padahal kursi didalam angkot masih sangat luas.
b.      Wanita tua yang diminta bergeser duduk oleh pemuda tadi akhirnya pindah posisi duduk dipinggir saya. Tiba-tiba wanita ini menggeser jendela padahal jendela ini sedang saya sandari. Dan akhirnya jidat saya beradu dengan kaca, bisakah bilang permisi dulu sebelum buka jendelanya bu?
c.       Sepasang suami istri yang sudah sangat renta, mereka saling menjaga ketika menaiki angkot dengan berpegangan tangan satu sama lain. Saya memberi senyum kepada bapak tersebut, dan beliau membalas senyum saya dengan ramahnya.
d.      Pemuda yang naik tiba-tiba bersikap sok akrab dengan supir, lalu meminta rokok milik supir dan akhirnya turun angkot tanpa membayar.


#Epilog
Setelah rangkaian episodeini saya nangis diangkot (hanya meneteskan air mata, maaf jika ini terasa lebay). Biasanya kalau pulang naik angkot langsung tidur dipojokkan tanpa memerhatikan sekitar (jangan ditiru). Entah kenapa hari ini begitu banyak kejadian yang saya sadari. Masyaa Allah...
Terima kasih banyak atas nikmatmu hari ini ya Rabb.


“Makasih banyak Mang, maaf bayar ongkosnya pakai receh..”

“Gak apa-apa neng, makasih..”

1 komentar:

Unknown mengatakan...

cieh.... nu beli lipen setip euy, gera pulang si ade rafa kangen bim cenah

Posting Komentar

Copyright 2009 Manfaat buat semua. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy