Dulu kita di dalam perut ibu , sembilan bulan menghisap darahnya. Ibu sulit untuk berdiri, berjalan berat, berbaring pun sakit. Tiga bulan pertama ibu mual muntah karena ada kita di perutnya.
Ketika kita akan terlahir kedunia, meregang nyawa ibu antara hidup dan mati. Dengan sakit tiada terperih. Tapi, tetap rela dengan kehadiran kita. Ketika bersimbah darah kita terlahir, satu persatu jari kita di hitungnya, dan dibelainya. Diatas rasa sakit tiba – tiba tersenyum. Dengan lelehan air mata bahagi
a melihat kita terlahir.
Ibu menyangka akan lahir anak yang sholeh dan memuliakannya. Pada waktu kita bayi, ibu tidak kenal siang dan malam. Kita berbaring, bangun sesuka kita. Ibu hampir tidak tidur semalam suntuk, apalagi jikalau kita demam. Rasanya tidak rela satu ekor nyamuk pun menggigit tubuh kita.
Ketika kita mulai nakal, ibu bahagia dan memamerkan diri kita kepada tetangganya walau pun begitu merepotkan. Berhutang
Semakin lama kita semakin besar. Mata menjadi sering sinis kepada orang tua kita, kata - kata seakan – akan pisau yang sering mengiris hatinya. Terkadang pintu dibanting atau kita menyuruh kepada orang tua seperti pesuruh yang tidak pantas dihormati.
Betapa banyaknya untaian pengorbanan orang tua kita, walau pun tubuh kita dikupas tidak akan terbanding dan tidak akan bisa menandingi. Perih, pahitnya penderitaan dan juga curahan kasih sayang dari orang tua kita, tidak sebanding dengan apa yang kita lakukan. Bahkan, kadang jarang wajah kita untuk mau memberikan sebuah senyuman ketika bertemu dengan orang tua. Mencium tangan ibu pun kadang kita merasa gengsi. Padahal habis tenaga, keringat, darah, untuk membela kita.
Itulah sebabnya anak yang durhaka, anak yang tidak tau balas budi, dunia ini saja sudah merasakan penderitaannya. Kita sering sekali mendengar betapa laknat kemurkaan Allah, akrab dengan anak yang sering mendzolimi khusunya ibu nya dan juga ayahnya.
Oleh karena itu, marilah kita mengupayakan, mengenang kembali semua untaian pengorbanan orang tua kita. Memang orang tua kita tidak se-ideal yang kita harapkan. Kita tidak bisa mengharapkan sosok ibu bapak kita se ideal Rasulullah dan istriya. Tapi justru kelebihannya harus kita syukuri. Dan kekurangannya, kita yang harus berada dibarisan yang paling depan untuk membantu orang tua kita agar bisa selamat dari kehinaan dan kekurangannya selama ini. Sungguh pengorbanan orang tua kita adalah hutang walau pun ditebus nyawa, rasanya tidak akan terbayar.
Semoga bacaan diatas bermanfaat!







2 komentar:
Saya selalu ingin nangis kalau baca bacaan di atas. Bagaimana dengan anda?
sbahanalloh ..
Posting Komentar